LaBrita Mengakrabi Kepulauan Seribu

Salah satu spot wisata di Kepulauan Seribu. (Foto: Dok/labrita.id)
LABRITA.ID - Banyak orang berkunjung ke Jakarta untuk berwisata. Ancol, TMII, dan Ragunan merupakan destinasi favorit wisatawan lokal. Masih sedikit orang yang mengetahui apalagi mengunjungi Kepulauan Seribu. Sebuah destinasi wisata Jakarta yang sedang menggeliat keberadaannya.
Kepulauan Seribu berada di bagian utara Jakarta. Pemerintahan di Kepulauan Seribu merupakan kabupaten sekaligus menjadi satu-satunya di DKI Jakarta. Bupati ditunjuk dan diangkat oleh Gubernur DKI Jakarta. Kepulauan seribu terdiri 78 pulau dan sebagian besar dikelola menjadi destinasi wisata.
Kunjungan ke Kepulauan Seribu kali ini adalah ke Pulau Pramuka. Di sinilah ibukota Kabupaten Kepulauan Seribu berada. Dengan luas 62 ha, Pulau Pramuka dihuni hampir 500 jiwa. Mayoritas penduduknya adalah suku Bugis dan penduduk asli yang disebut Orang Pulau. Beberapa suku dari Pulau Jawa dan Kalimantan melengkapi penduduk Pulau Pramuka.
Untuk mencapai Pulau Pramuka harus menggunakan kapal laut dari Pelabuhan Kali Adem. Perjalanan 3 jam diawali cukup lancar tanpa guncangan berarti. Keberangkatan dari rumah pukul 06.00 WIB dan sejam kemudian tiba di pelabuhan. Sambil menunggu kapal yang memiliki jadwal pukul 08.00 WIB, kami menikmati Pop Mie panas.
Setelah 60 menit perjalanan di atas kapal, ombak mulai tinggi. Kapal terombang-ambing melawan ombak. Beberapa penumpang mulai menunjukan gejala mabuk. Naik ke bagian atas kapal adalah solusi. Bagi yang tidak tahan dengan angin, seperti memasuki sarang buaya setelah lepas dari sarang singa.
Setelah 2 jam perjalanan, kapal transit di Pulau Pari. Kemudian siap melanjutkan perjalanan menuju Pulau Pramuka. Kami bergegas tidur untuk mencegah mabuk laut tahap dua. Berhasil, kami terbangun saat kapal sandar di pelabuhan Pulau Pramuka. Pelabuhan penumpang yang cukup bersih dan terletak persis di depan Kantor Bupati.
Rumah yang kami sewa, cukup besar dengan dua kamar dan tiga toilet. Ruang tengah sangat luas, menarik untuk dihuni rombongan besar. Istirahat 2,5 jam untuk memulihkan kepala yang 'oleng' karena ombak Laut Jawa. Setelah istirahat, kami berjalan kaki mengeksplorasi Pulau Pramuka. Tidak ada transportasi roda empat, yang ada hanya transportasi roda 3 yang disebut odong-odong.
Perjalanan 500 meter, kami tiba di konservasi kura-kura. Berjalan sejauh 100 meter di air laut merupakan aktivitas yang menarik. Melewati taman bakau yang tinggi menjulang untuk melihat kura-kura hasil konservasi. Kami diperkenankan untuk mmenyentuh kura-kura tersebut. Terakhir kami mengunjungi museum konservasi.
Sore hari, kami bermain futsal di RPTRA Tanjung Elang. Bersama anak-anak pulau berebut dan menendang bola. Mengeluarkan keringat yang menyehatkan adalah dengan berolah raga. Tak terasa 1,5 jam kami lewati. Mandi dan sholat maghrib adalah agenda penutup hari itu.
Setelah makan malam, kami berjalan terpisah berkeliling Pulau Pramuka. Nongkrong di depan pelabuhan penumpang menarik perhatian. Banyak turis lokal dan internasional yang berjalan-jalan pada malam itu. Angin kencang meniup membuat tubuh yang tidak terbiasa akan menggigil kedinginan. Banyak anak muda yang sibuk mengerubungi pedagang es krim keliling. Setiap orang asyik dengan aktivitasnya masing-masing.
Pukul 22.00 WIB, Kang Agus datang membawa 10 ekor ikan Bandeng. Ikan yang masih mentah ini sudah dibersihkan dan telah dicabut tulang tengahnya. Kami beramai-ramai sibuk membakar ikan Bandeng masing-masing. Setelah matang, sambel kecap pedas menjadi pelengkap sempurna ikan bakar ini. Walau 3 jam yang lalu kami makan malam, nikmatnya Bandeng bakar menggugah selera makan kembali.
Setelah makan ikan, acara bebas untuk peserta. Sebagian ambil posisi tidur. Sebagian lain melanjutkan hafalan mereka. Maklum saja, sebagian besar adalah santri yang punya jadwal sibuk di pekan depan.
Setelah kuliah Subuh, kami bersiap snorkling. Terumbu karang Kepulauan Seribu cukup membuat penasaran. Mencoba membandingkannya dengan beberapa tempat yang pernah saya datangi, semisal di Kepulauan Wakatobi, Sulawesi Tenggara dan Bunaken, Sulawesi Utara. Tempat-tempat tersebut memiliki taman laut yang luar biasa indahnya. Terutama taman laut di Wanci.
Setelah sarapan, lami bergerak ke pelabuhan. Dengan menggunakan salah satu kapal, kami diantar Kang Komeng ke Pulau Air. Setelah ambil foto, kami menuju Gosong Patrick. Air pasang membuat Gosong Patrick berada di bawah permukan laut. Kurang lebih air laut mencapai betis kami ketika berdiri. Kami berlatih snorkling di Gosong Patrick. Seru juga ketika berlomba mengambang di atas permukaan laut.
Setelah siap, kami naik kapal dan menuju tempat terumbu karang. Karena ombak besar selama November-Februari, Kang Komeng mengajak kami ke terumbu karang yang berombak sedang. Kedalaman 3-5 meter cukup memadai untuk anak-anak muda. Kang Komeng memberi contoh loncatan ke air yang aman. Kami satu persatu mengikuti dan indah sekali pemandangan bawah laut Kepulauan Seribu. Lomba menyentuh terumbu karang, membuat live vest kami tinggal di atas kapal. Beberapa orang mulai melepas snorkle mereka. Berbekal kacamata menyelam, lomba ini jadi menarik.
Pukul 11.00 WIB kami kembali ke penginapan dan bersiap pulang. Usai Dzuhur, kami menikmati perjalanan kembali ke daratan Jakarta. Wisata Kepulauan Seribu ini memuaskan sekali. (hz-01).