Mengarungi Laut Sultra dengan Jetliner
Jetliner saat sandar di Pelabuhan Wanci. (Dok/labrita.id)
LABRITA.ID - Kami bertiga merencanakan perjalanan ke kepulauan di Sulawesi Tengara. Raha, Baubau, dan Wanci menjadi tujuan kami. Ternyata tak ada penerbangan langsung di tiga destinasi tersebut. Mendadak pula jadwal harus diubah karena ada keperluan di Kendari. Rute menjadi Kendari-Raha-Kendari dan menginap dua malam di Kendari. Selanjutnya Kendari-Baubau-Wanci-Kendari adalah rute yang disepakati.
Beruntung, sudah ada penerbangan Kendari-Baubau yang ditempuh 35 menit. Wanci-Kendari pun sudah ada penerbangan langsung selama kurang lebih 45 menit. Kendala muncul ketika tidak ada penerbangan antara Bau-Bau ke Wakatobi. Beberapa alternatif muncul seperti terbang ke Kendari dulu.
Tiba-tiba salah seorang rekan mengusulkan perjalanan melalui laut. Perjalanan laut Bau-Bau ke Wakatobi biasanya menggunakan kapal kayu. Kita bisa menggunakan 4 Kamar yang tersedia. Untuk mendapatkannya kita harus berlomba paling awal untuk mendapatkan Kamar tersebut. Perjalanan kurang lebih 7-8 jam.
Berberapa waktu terakhir, ada kapal Jetliner melayani pelayaran Kendari-Baubau-Wanci. Kapal tersebut merupakan modifikasi atas kapal Pelni. Kapal besar ini lebih tenang dalam mengarungi ombak. Setelah berdiskusi cukup panjang, akhirnya Kami memilih menggunakan kapal jetliner ini.
Kami tiba di Pelabuhan Bau-Bau jam 21.30 Wita. Sebenarnya cukup terlambat untuk mendapatkan posisi yang nyaman di kapal. Munculnya jadwal silaturrahmi mendadak dengan teman sejawat membuat kami terpaksa berjalan cepat di pelabuhan. Petugas mengarahkan kami hingga ke dekat dermaga jetliner bersandar.
Ukuran Jetliner yang besar membuat kami cukup kagum. Kapal berwarna putih-krem khas PT Pelni. Lantai pertama tempat barang-barang ditaruh, terutama yang tidak mungkin dibawa ke lantai atas. Kami lihat sebuah motor tegak rapih di sudut ruangan.
Kami perlu naik 2 lantai untuk mencapai tempat penumpang. Di lantai 2, terletak mushollah dan tempat wudhu. Kami melanjutkan ke lantai berikutnya tempat penumpang.
Ketika Kami masuk sudah cukup banyak penumpang yang berada di dalam. Semua kursi panjang sudah diduduki atau diletakan tas penumpang. Kami terlambat. Kami bergerak ke bagian depan yang dipisahkan toilet penumpang. Ternyata penuh juga.
Akhirnya kami memilih kursi yang berada di tengah. Kursi-kursi untuk 1 orang ini bisa berputar mirip kursi kantor. Jok kursi juga bagus. Tapi untuk perjalanan lebih dari 6 jam? Kurang nyaman tentunya.
Sebenarnya inovasi PT Pelni mengubah beberapa kapalnya menjadi Jetliner adalah bagus dan pantas dipuji. Sayangnya tingkat kenyamanan kurang diperhatikan. Untuk perjalanan lebih dari 4 jam, penumpang lebih nyaman dengan berbaring. Tidur atau sibuk dengan handphone adalah pilihan yang bagus. Model pembaringan tingkat maka jumlah penumpang bisa bertambah dua kali lipat. Penumpang pun bisa menghemat biaya hotel dan perjalanan sekaligus.
Kami perkirakan kursi menjadi pilihan Pelni karena ingin menambah daya angkut. Tapi tidak berpengaruh pada cashflow perusahaan bila penumpang jarang penuh karena tingkat kenyamanan yang kurang. Penumpang akhirnya tidur berbaring dengan menguasai 3 kursi sekaligus.
Bila tidak mendapatkan kursi panjang, penumpang menggelar berbagai barang untuk menjadi alas tidur. Beberapa penumpang, nekat tidur di meja yang ada. Saat ABK lewat, penumpang yang tidur di meja disuruh turun. Hanya sedikit penumpang yang tidur sambil duduk di kursi yang disediakan.
Saya tiga kali menggunakan kapal Kayu dari Bau-Bau ke Wanci. Kapal selalu penuh penumpang dan semua dalam posisi berbaring. Hanya sedikit lelah saja ketika tiba di tujuan karena bisa tidur cukup nyenyak.
Toilet penumpangpun dalam kondisi yang buruk. Hampir semua toilet kapal penumpang tidak ada yang tidak bau. Bau pesing adalah biasa. Kondisi buruk bisa dilihat dari tempat buang air kecil terbuat dari galon air mineral yang dipotong. Kran westafel tidak mengalirkan air. Lucunya ada selang dari samping bawah westafel yang mengalirkan air. Pintu toilet tidak bisa ditutup dan dikunci dari dalam.
Jetliner terlambat 40 menit dari jadwal. Perjalanan hampir tidak terasa karena ukuran besar dari Jetliner. Pendingin ruangan bekerja dengan baik, Kami pun bisa tetap menggunakan jaket yang dibawa. Kami menggelar baliho yang kami bawa dan kami gunakan sebagai alas tidur.
Tidak terasa azan Subuh dikumandangkan. Kami turun ke lantai dua untuk shalat berjamaah. Jam 6 pagi, diumumkan bahwa kapal akan memasuki pelabuhan Wanci. Alhamdulillah. (hz-01).