Sisi Lain Christopher Columbus dan Benua Amerika
Ilustrasi (Labrita.Id)
LABRITA.ID - Columbus dikenal sebagai navigator handal. Sejarah mencatatnya sebagai pelaut Eropa yang mencoba rute baru ke barat. Dari percobaan yang diyakininya itu, ia diklaim menemukan Benua Amerika.
Columbus lahir di Genoa, 31 Oktober 1451. Keluarganya bekerja sebagai tukang kayu dan perajin wol. Ketika remaja Columbus mendapat pekerjaan sebagai awak di sebuah kapal dagang.
Tahun 1478 Columbus menikahi anak perempuan Bartolomeo Perestrello, yang bernama Felipa Perestrello e Moniz. Bartolomeo Perestrello sendiri merupakan seorang pelaut terkenal, sekaligus tokoh pelarian Kesatria Templar, kelompok rahasia dalam sejarah Yahudi dan Kabbalah.
Ketika berusia 41 tahun, Columbus memimpin rombongan pelayaran, terdiri dari tiga kapal, yaitu Santa Maria, Nina, dan Pinta. Rombongan ini meninggalkan Pelabuhan Palos, Spanyol, atas restu Raja Ferdinand dan Ratu Isabella. Sebelum mengangkat sauh, Columbus berjanji akan berlayar ke timur untuk menemukan India, China, Jepang, dan Kepulauan Rempah Maluku, yang akan dijadikan koloni baru bagi Spanyol.
Columbus mengarahkan haluan Santa Maria ke barat, menuju kepulauan Canary di laut barat daya Afrika, tidak jauh dari Maroko. Dari sana dia menuju kepulauan Bahama di laut timur Amerika Tengah, dan berlabuh di sebuah pulau yang dinamainya San Salvador. Karena mengira telah sampai ke India, Columbus menyebut penduduk pulau itu bangsa Indian.
Pada 25 Desember 1492, kapal Santa Maria tenggelam setelah menghantam karang. Columbus pindah ke kapal Nina dan menurunkan puluhan awak Santa Maria di Pulau Hispaniola. Di sana dia memerintahkan para pengikutnya untuk membangun pemukiman yang dinamainya La Navidad (Natal). Tahun 1493, Columbus tiba di Palos dan menyebut dirinya sebagai Laksamana Samudera dan Gubernur India.
Setelah gagal melakukan pelayaran pertamanya, Columbus melakukan perjalanan kedua. Pada pelayaran keduanya ini, Columbus berhenti di selatan Kuba. Di sana dia membuka pertambangan emas dan menawan perempuan Indian untuk dijadikan budak di Spanyol.
Tahun 1498, Columbus kembali memulai pelayaran ketiganya. Dia mengunjungi Trinidad dan Venezuela di selatan Amerika. Dua tahun kemudian, ketika masih berada di Hispaniola, Columbus ditangkap pasukan kerajaan Spanyol atas perintah Ratu Isabella. Sang ratu melakukan perintah penangkapan itu karena menilai Columbus melakukan perbuatan tak manusiawi terhadap perempuan Indian yang ditawannya. Pada tahun itulah dia kembali ke Palos dengan tangan diborgol.
Tahun 1502, Columbus keluar dari penjara. Setelah itu, dia kembali memulai ekspedisi pelayarannya yang keempat. Kali ini dia menuju Meksiko, Honduras, Panama, dan Santiago.
Tahun 1504, Columbus kembali ke Spanyol. Dua tahun kemudian dia meninggal dunia. Hingga akhir hayat, Columbus tidak pernah menginjakan kaki di belahan utara Amerika, tetapi Columbus sendiri yakin, dirinya telah menemukan jalan ke timur.
Mitos Penemuan Benua Amerika oleh Columbus
Dunia sudah sejak lama diberitahu, bahwa Benua Amerika ditemukan pelaut asal Spanyol bernama Christopher Columbus. Walaupun sejarah mengabadikan nama Columbus sebagai penemu Benua Amerika, tetapi ada fakta-fakta lain yang justru membantah kebenaran tersebut.
Misalnya sejarah konvensional tentang penemuan Benua Amerika, Gavin Menzies, seorang pensiunan Angkatan Laut Inggris, dalam buku 1421; The Year China Discovered America. Dari penelitian selama bertahun-tahun, sejak masih berdinas di atas HMS Rorqual, Menzies menemukan bukti kuat bahwa pelaut-pelaut China yang dipimpin empat laksamana, yaitu Hong Bao, Zhou Man, Zhou Wen, dan Yang Qing, lebih dahulu menemukan Amerika, tepatnya 71 tahun sebelum Columbus yang salah jalan tiba di Kepulauan Bahama.
Tak seperti Columbus yang hanya menyeberang dari Spanyol ke selatan Amerika, misi China jauh lebih gagah. Mereka benar-benar mengelilingi bumi, dari timur ke barat, dari selatan ke utara. Hong Bao dan Zhou Man meninggalkan Beijing menuju Champa, setelah itu menuju Selat Malaka dan Sumatera Timur di selatan.
Yang Qing memulai perjalanannya dari Selat Malaka menuju Teluk Bengal. Setelah itu ke Sri
Lanka di selatan dan menuju Tanjung Harapan di Afrika Selatan. Dari sana, Yang Qing kembali ke utara melintasi Selat Madagaskar menuju Teluk Persia, sebelum akhirnya berbelok ke timur melintasi Sri Lanka dan kembali ke Selat Malaka.
Pernyataan Gevin Menzies ini dikuatkan dengan sejumlah bukti sejarah. Dia menyodorkan bukti berupa sebuah peta buatan masa sebelum Columbus memulai ekspedisinya. Peta tersebut dilengkapi gambar Benua Amerika, serta sebuah peta astronomi milik Cheng Ho.
Menzies menjadi sangat yakin setelah meneliti akurasi benda-benda bersejarah itu. Dia melakukan kajian terhadap benda-benda itu selama 14 tahun, termasuk untuk meneliti peta-peta kuno, bukti artefak, dan pengembangan dari teknologi astronomi modern melalui program software Starry Night.
Amerika Serikat sendiri dalam sejarahnya tidak pernah mengkritisi kebenaran riwayat pelayaran Columbus. Negara ini justru mengagungkan sosok sang penjelajah lautan tersebut. Salah satu buktinya adalah banyaknya artefak sejarah dan simbolisasi yang berhubungan dengan Columbus, seperti nama "Columbia."
Bagi Amerika Serikat, selain diagung-agungkan sebagai penemu Benua Amerika, Columbus juga merupakan tokoh yang dianggap paling berjasa dalam penguasaan kaum Yahudi terhadap Benua Amerika. Kedatangan Columbus di Benua tersebut menjadi awal masuknya kaum Yahudi secara bergerombol ke Benua Amerika, hingga akhirnya mereka menjadi penguasa, dan menyingkirkan orang-orang yang telah mendiami benua tersebut dari awal.
Peresensi: La Ato
Sumber: Buku Sisi Gelap Amerika Serikat